Monday, October 24, 2011

Setahun, Perokok Bertambah 1 Juta

Bandung, Kompas - Jumlah perokok di Jawa Barat meningkat hingga 1 juta jiwa dalam kurun waktu setahun. Hal itu disebabkan belum sinergisnya peran berbagai pihak dalam menyikapi permasalahan ini.

"Tingginya peningkatan jumlah perokok disebabkan banyak hal, baik pengaruh lingkungan tempat tinggal, pencitraan iklan di media massa, tidak adanya pembatasan mengenai produksi dan harga rokok, maupun lemahnya penegakan hukum," ujar Kepala Subbagian Pulmonologi Unit Pelaksana Fungsional Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Arto Yoewono dalam "Seminar Tanpa Tembakau" di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Senin (31/5).

Data Sosial Ekonomi Daerah Jabar menyebutkan, pada 2008 jumlah penduduk di atas umur 10 tahun yang merokok 9,9 juta jiwa. Jumlah itu bertambah 1 juta jiwa pada 2009. Pada 2009 jumlah perokok terbanyak di Kota Bandung yaitu 587.809 jiwa.

Arto mengatakan, bertambahnya jumlah perokok kerap kali belum dipandang sebagai hal penting yang sangat merugikan. Padahal, ada ancaman besar seperti bertambahnya risiko kematian hingga keterpurukan ekonomi yang sangat mudah dipengaruhi konsumsi rokok.

Karena itu, untuk mencegah bertambahnya perokok, ia berharap semua pihak, baik keluarga, ahli kesehatan, maupun pemerintah bersama-sama menyikapi hal ini. Salah satunya terus mengampanyekan antirokok dalam kehidupan sehari-hari dan serius mendampingi perokok yang ingin berhenti.

"Pemerintah hendaknya segera membuat kebijakan hukum mengikat agar secepat mungkin membatasi konsumsi rokok, baik lewat ratifikasi konvensi internasional mengenai pengendalian tembakau, mendorong terciptanya peraturan daerah tentang daerah tanpa asap rokok, dan undang-undang tentang pengendalian dampak tembakau," ujarnya.


Malas berhenti

Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Hedy B Sampurno menambahkan, tingkat kesadaran
masyarakat di Jabar untuk berhenti merokok masih rendah. Data menyebutkan, hanya 7-8 orang yang datang berobat dan berkonsultasi terkait penyakit yang timbul akibat konsumsi rokok.

"Mayoritas datang dalam keadaan sudah terserang penyakit akibat rokok. Hal ini harus segera disikapi. Jarang ada orang datang dengan tujuan dibantu menghilangkan kebiasaan merokok, tapi belum terserang penyakit," ujarnya.

Perwakilan Lembaga Perlindungan Anak Jabar Yudhaningsih mengatakan, anak pertama kali merokok rata-rata pada usia 18 tahun. Mereka biasanya menghabiskan 12-23 batang rokok per hari. Namun, dewasa ini akibat sistem pengasuhan yang keliru, ditemukan anak berusia di bawah 10 tahun yang terbiasa merokok. Kasus ini terjadi di Jabar dan Jatim.

"Pendampingan keluarga menjadi fondasi kokoh mencegah kebiasaan merokok. Jangan sampai generasi muda Indonesia nantinya tidak produktif akibat terbiasa menghirup racun rokok," ujarnya. (CHE)


http://health.kompas.com/read/2010/06/01/12501271/Setahun.Perokok.Bertambah.1.Juta.

No comments:

Post a Comment