Tuesday, April 17, 2012

Mengatur Rokok, Mencegah Kemiskinan

Pada saat hampir semua negara meneguhkan komitmen untuk mengendalikan dampak buruk tembakau, Indonesia justru masih ragu. Tarik ulur kepentingan ekonomi atas nama petani tembakau dan buruh pabrik rokok mengorbankan hak hidup sehat rakyat.

Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan dalam berbagai kesempatan selama Konferensi Dunia untuk Tembakau atau Kesehatan (WCTOH) di Singapura, 20-24 Maret, mengingatkan keagresifan industri tembakau untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Dengan sumber daya yang dimiliki, industri tembakau mampu memengaruhi penentu kebijakan pengendalian tembakau di berbagai negara.

Marry Asunta dari Aliansi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (SATCA) mengatakan, kasus hilangnya Ayat 2 Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan merupakan bukti kuatnya intervensi industri rokok dalam memengaruhi kebijakan.

Hilangnya ayat yang menyebut produk tembakau sebagai zat adiktif secara gamblang mempertontonkan perselingkuhan industri tembakau dengan politisi dan birokrasi. Setelah ayat tembakau dikembalikan, berbagai upaya menggalang dukungan publik melalui akademisi dan organisasi keagamaan dilakukan, termasuk mendorong pengajuan uji materi ke Mahkamah Konstitusi.

Dalam memperjuangkan kepentingan, industri tembakau menggunakan petani tembakau, buruh pabrik, dan industri rokok rumahan sebagai tameng. Kelompok ini selalu ditonjolkan sebagai korban berbagai kebijakan pengendalian tembakau.

Padahal, saat aturan pengendalian tembakau di Indonesia masih parsial, dan penegakannya masih lemah seperti sekarang, petani tembakau dan buruh pabrik sudah lebih dulu tersisih.

Petani tembakau, buruh, dan industri rokok rumahan tersisih karena tak mampu bersaing dengan hegemoni industri rokok besar dan multinasional. Jeratan tengkulak dan sistem ijon pada petani tembakau membuat mereka sulit lepas dari kemiskinan.

Buku Ekonomi Tembakau di Indonesia yang ditulis Sarah Barber dan rekan tahun 2008 menyebut, jumlah petani dan pekerja di industri rokok terus menurun. Jumlah petani tembakau, petani cengkeh, dan pekerja industri manufaktur rokok 1 juta-1,2 juta orang. Porsi terbesar adalah petani tembakau, yaitu 503.000 orang.

Konversi tanaman

Penelitian Triasih Djutaharta dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD-FE UI) dan rekan tahun 2010 dalam artikel ”The Impact of Excise Increase on Income of Tobacco Farmers” (Dampak Kenaikan Cukai Rokok terhadap Pendapatan Petani Tembakau) menyebut, 36,1 persen rumah tangga petani tembakau memiliki pendapatan kurang dari Rp 1 juta per bulan.

Hanya 39 persen petani tembakau menanam tembakau saja. Sisanya juga menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan, seperti padi, jagung, ataupun tanaman hortikultura lain. Artinya, konversi petani tembakau menjadi petani tanaman lain relatif mudah dilakukan jika pemerintah serius hendak mengendalikan tembakau.

Luas areal yang ditanami tembakau berfluktuasi. Demikian pula tingkat produksinya. Rendahnya produksi tembakau dipicu rentannya tanaman tembakau terhadap perubahan cuaca dan serangan hama.

Pada saat sama, impor tembakau dari China, India, dan sejumlah negara lain terus meningkat. Tahun 2007, produksi tembakau 164.851 ton, sebanyak 46.834 ton diekspor. Pada saat sama diimpor 69.742 ton tembakau.

”Pendapatan yang rendah membuat petani sensitif jika ada kebijakan yang akan mengubah pendapatan mereka. Ini membuat mereka mudah dimanfaatkan pengambil kebijakan dan industri tembakau,” kata peneliti Pusat Kajian Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI Hasbullah Thabrany.

Nasib petani dan buruh pabrik itu berkebalikan dengan para pemilik pabrik rokok. Pemilik pabrik rokok besar selalu masuk dalam daftar orang-orang terkaya di Indonesia.

Miskin dan penyakitan


Pengalaman sejumlah negara menunjukkan, penandatanganan dan ratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) tidak membuat petani dan industri rokok tutup. Industri tembakau di China, Jepang, dan India tetap bertahan meski ada aturan ketat untuk mengendalikan peredaran rokok.

Sifat adiksi pada rokok tak membuat perokok berhenti merokok walau ada aturan ketat. Aturan pengendalian tembakau bukan untuk melarang orang merokok, melainkan mengatur dan membatasi agar dampak buruk rokok tak mengenai mereka yang tidak merokok serta mencegah bertambahnya jumlah perokok remaja dan perempuan.

Peneliti LD-FE UI, Abdillah Ahsan, menunjukkan, pengeluaran untuk rokok keluarga miskin tahun 2009 menempati urutan kedua setelah beras.

Pembelian rokok sering kali lebih diprioritaskan daripada pangan bergizi, seperti daging, telur, buah, serta biaya pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini ironis di tengah besarnya jumlah anak kurang gizi, tingginya angka putus sekolah, dan rendahnya biaya kesehatan.

Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI, Endang L Achadi, mengatakan, dampak kurang gizi pada anak balita adalah pendek, kemampuan kognitif rendah, dan peningkatan risiko penyakit, seperti hipertensi dan diabetes saat dewasa. Rokok juga menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.

Kementerian Kesehatan menyatakan, konsumsi rokok tahun 2010 menyebabkan pengeluaran tak perlu sebesar Rp 231,27 triliun. Rinciannya, untuk membeli rokok Rp 138 triliun, biaya perawatan medis Rp 2,11 triliun, dan hilangnya produktivitas Rp 91,16 triliun.

Pengeluaran ini jauh lebih besar dibandingkan perolehan negara dari cukai dan rokok. Jika tak segera dikendalikan, pemerintah akan kesulitan menjamin pembiayaan kesehatan masyarakat miskin dalam Jaminan Kesehatan Semesta (universal coverage) yang akan diberlakukan pada tahun 2014.

Oleh : M Zaid Wahyudi

http://health.kompas.com/read/2012/04/17/08310275/Mengatur.Rokok.Mencegah.Kemiskinan

Tuesday, February 14, 2012

Beda Efek Menghisap Marijuana dan Rokok

KOMPAS.com -  Perdebatan mengenai dampak merokok dan menghisap marijuana (cannabis) masih belum terselesaikan hingga sekarang. Masih banyak pihak yang melarang konsumsi marijuana, tapi ada juga yang meminta tanaman dalam filum Magnoliophyta ini dilegalkan. Sebelum Anda memutuskan ingin memihak yang mana, ada baiknya Anda perhatikan dampak perbedaan konsumsi keduanya.

Dalam penelitian terbaru oleh University of Alabama di Birmingham, Amerika Serikat, ada perbedaan besar dampak konsumsi rokok dan marijuana pada paru-paru. Rokok berdampak negatif pada paru-paru, namun penggunaan marijuana yang hanya sesekali saja ternyata bisa meningkatkan laju aliran udara dan meningkatkan kapasitas paru-paru.

Rokok juga bisa meningkatkan risiko penyakit dan kanker paru-paru, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Di lain pihak, marijuana bisa melambungkan risiko serangan jantung karena meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Marijuana juga mengandung 50-70 persen lebih banyak zat carcinogens dibanding rokok biasa. Zat inilah yang menyebabkan terjadinya kanker.

Selain efek kesehatan, terdapat pula dampak psikologis dari rokok dan marijuana. Marijuana membuat konsumennya merasakan euforia selama tiga jam, menyebabkan paranoia, panik, dan cemas. Sedangkan rokok 'hanya' menjadi pelepas stres semata. Kesamaan dampak psikologis di antara keduanya hanyalah bisa menyebabkan ketergantungan atau bahkan ketagihan.

Jika dipaparkan secara basis per batang, marijuana lebih membahayakan karena punya dampak psikologis yang lebih hebat. Tapi jika dirangkum dalam konteks kesehatan, keduanya sama sekali tidak baik untuk tubuh manusia yang memang tidak dirancang untuk menghisap asap. (Health Line, International Business Times/Zika Zakiya)

http://health.kompas.com/read/2012/01/16/14172861/Beda.Efek.Menghisap.Marijuana.dan.Rokok

Mulai 1 Maret, Dilarang Merokok di Kereta Api

JAKARTA, KOMPAS.com - Entah ini kabar baik atau buruk bagi pengguna jasa kereta api antarkota. Mulai 1 Maret 2012 mendatang, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) akan memberlakukan larangan merokok di dalam kereta antarkota, baik kelas eksekutif, bisnis, maupun ekonomi.

"Kebijakan ini akan diterapkan mulai 1 Februari 2012 dan sebulan ini sampai 29 Februari 2012 akan diberlakukan sosialisasinya," demikian disampaikan Kepala Penertiban PT KAI DAOPS 1, Akhmad Sujadi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (1/2/2012).

Ia menambahkan, jika ada penumpang yang kedapatan tengah merokok dalam kereta, akan diturunkan di stasiun terdekat. "Setelah tanggal 29 Februari, pokoknya yang merokok di dalam kereta dikenai sanksi diturunkan dari kereta," tegasnya.

Larangan tersebut diterapkan karena pihaknya banyak mendapat laporan tentang perilaku tidak tertib para perokok di dalam gerbong kereta oleh penumpang. Selain itu banyak fasilitas di dalam kereta rusak akibat banyak penumpang yang membuang puntung rokok sembarangan.

"Umumnya perokok tidak tertib membuang puntung, sehingga karpet/boredes kereta banyak bercak-bercak hitam kaya kebakar. Cat kereta juga cepat pudar karena asap rokok," ujar Sujadi.

Pro dan kontra
Sementara, dikalangan pengguna kereta api antar kota sendiri, rencana larangan tersebut masih menimbulkan pro dan kontra. Seperti yang diungkapkan Dinda (24) yang tiap tahun menggunakan jasa angkutan kereta api Argho Anggrek ke kampungnya di Sidoarjo, Jawa Timur.

"Ya kalau saya yang enggak ngerokok sih setuju saja, cuma yang ngerokok gimana? Kesian juga sama yang punya penyakit asma, bisa bengek di dalam," ujarnya.

Sementara Saphira (21) yang juga hampir tiap bulan menggunakan kereta api jurusan Jakarta Semarang mengaku keberatan terhadap larangan tersebut. "Ya karena saya merokok ya mas, jadi kurang setuju aja. Soalnya kan ngerokok-nya enggak di tempat penumpang, tapi di sambungan yang ada toiletnya jadi penumpang nggak keganggu amat," ujarnya.


http://health.kompas.com/read/2012/02/01/1932026/Mulai.1.Maret.Dilarang.Merokok.di.Kereta.Api

Monday, February 13, 2012

Mengapa Rokok Bisa Picu Kanker Payudara

KOMPAS.com - Hampir semua orang tahu merokok mempunyai dampak buruk bagi kesehatan, dan merupakan salah satu faktor pencetus timbulnya penyakit. Studi terbaru bahkan menunjukkan, merokok dapat meningkatkan kadar hormon seks pada wanita pasca mengalami menopause.

Seperti diketahui, tingginya tingkat hormon estrogen dan androgen sangat berpengaruh terhadap risiko munculnya kanker payudara dan endometrium, serta diabetes tipe 2.

Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan sampel darah dari 2.030 wanita menopause berusia 55-81 tahun. Peneliti menemukan bahwa wanita perokok cenderung memiliki tingkat sirkulasi hormon androgen dan estrogen yang lebih tinggi dibandingkan mantan perokok dan mereka yang tidak pernah merokok.

Temuan ini menurut peneliti rencananya akan diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism pada bulan Oktober tahun ini.

"Peningkatan kadar hormon seks pada mereka yang merokok menunjukkan bahwa, asap rokok selain mempunyai efek langsung beracun dan karsinogenik, juga dapat mempengaruhi risiko penyakit kronis melalui mekanisme hormonal," kata Judith Brand, dari University Medical Center Utrecht di Belanda.

"Kabar baiknya adalah  efek dari merokok tampaknya reversibel. Kadar hormon seks pada wanita akan segera menurun jika mereka berhenti merokok," tambahnya.

Brand menuturkan, dengan segera berhenti merokok maka kita akan memperoleh sejumlah manfaat kesehatan seperti misalnya, mengurangi risiko kanker, gangguan pernafasan dan penyakit jantung.


http://health.kompas.com/read/2011/09/02/10012828/Mengapa.Rokok.Bisa.Picu.Kanker.Payudara

Kecanduan Rokok Mentol Lebih Sulit Dihentikan

KOMPAS.com — Mengisap rokok mentol mungkin memberikan sensasi tersendiri bagi para pencandunya. Namun, di balik sensasi itu, efek mentol ternyata berpotensi lebih membahayakan. Pasalnya, menurut studi yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine, kecanduan rokok mentol lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan rokok biasa.

Riset yang dilakukan Cancer Institute of New Jersey dan UMDNJ-School of Public Health ini melihat laju penghentian oleh perokok mentol dan nonmentol. Laju penghentian tersebut kemudian dipecah kembali berdasarkan ras.

Hasilnya, 43 persen ras Hispanik pengisap rokok mentol cenderung tidak berhenti dibandingkan dengan pengisap rokok biasa. Sementara itu, 19 persen warga Amerika keturunan Afrika yang mengisap rokok mentol gagal berhenti merokok. Padahal, 71 persen dari etnik tersebut memilih rokok mentol.

"Bukti ini mendukung bahwa adanya mentol memengaruhi usaha stop merokok. Rencana pelarangan oleh FDA (Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat) masuk akal," ujar peneliti yang melakukan studi. Saat ini, FDA sedang mempelajari berbagai studi yang berkaitan dengan rokok mentol dan akan mengeluarkan proposal beberapa bulan lagi.

Rokok mentol membuat efek sejuk di mulut dan tenggorokan ketika asap diisap. Rokok ini juga menghalangi metabolisme nikotin sehingga senyawa tersebut menetap di darah lebih lama daripada rokok biasa. (Consumer Affairs, ThirdAge, MNN/Alex Pangestu)


http://health.kompas.com/read/2011/08/20/10085491/Kecanduan.Rokok.Mentol.Lebih.Sulit.Dihentikan

Rokok Masih Jadi Penyebab Utama PTM

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyakit tidak menular (PTM) atau disebut juga noncommunicable disease (NCD) merupakan salah satu tantangan utama dunia kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia.

Dengan pemerintah yang sekarang, saya pesimistis karena sudah bau asap rokok semua.
-- dr Kartono Muhammad

Di Indonesia, proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular  meningkat dari 41,7 persen pada 1995 menjadi 59,5 persen pada 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi (31,7 persen), jantung (7,2 persen), stroke (0,83 persen), dan diabetes melitus (1,1 persen).

Selain karena perubahan pola hidup masyarakat yang meliputi pola makan tak sehat, rendah serat, tinggi lemak, garam, serta gula berlebih, kebiasaan merokok menjadi penyumbang terbesar penyebab utama terjadinya penyakit tidak menular di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan pengamat masalah kesehatan yang juga mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia dr Kartono Muhammad di sela-sela acara diskusi "Tingginya Angka Kematian akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia", Senin (15/8/2011), di Jakarta.

Seperti diketahui, epidemik penyakit tidak menular sudah menjadi fokus perhatian dunia. Di tingkat global, pada 19-20 September mendatang akan dilaksanakan NCD Summit di New York, di mana setiap negara menyampaikan status terkini tentang kasus penyakit tidak menular di negara masing-masing.

"Rencananya pertemuan tersebut akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan, saya pikir SBY tidak akan berani datang karena kalau dipertanyakan usaha yang telah dilakukan selama ini dalam mengendalikan rokok, tidak ada sama sekali," ucapnya.

Kartono mengatakan, lambannya pengesahan rancangan peraturan pemerintah mengenai tembakau, hal itu tidak terlepas dari terlalu kuatnya intervensi industri rokok serta ketidakpedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat.

"Bentuk intervensinya berupa duit, ke individu-individu. Para birokrat dan anggota parlemen tidak pernah memikirkan rakyat. Mikirnya hanya duit untuk dirinya sendiri. Dengan pemerintah yang sekarang, saya pesimistis karena sudah bau asap rokok semua. Kemungkinan susah sekali diimplementasikan. Akan banyak hamabatan," tuturnya.

Menurut dia, salah satu upaya yang saat ini dapat dilakukan pemerintah untuk menekan rokok adalah menaikan harga cukai yang substantif dan melarang penjualan rokok secara ketengan (batangan).
"Kalau cukainya tinggi, jadi orang miskin sama anak kalau mau beli rokok mikir. Kalau beli ketengan, besar pengaruhnya, terutama dalam mencegah anak-anak,” ujarnya.

http://health.kompas.com/read/2011/08/16/09372018/Rokok.Masih.Jadi.Penyebab.Utama.PTM

Sunday, February 12, 2012

Inilah Reaksi Tubuh Saat Mengisap Rokok

KOMPAS.com Sebatang rokok yang diisap seseorang akan habis dalam 10 embusan dan dalam waktu lima menit. Akan tetapi, dalam tempo sesingkat itu ada 4.000 jenis zat kimia yang merasuki organ-organ tubuh. Lihat reaksi apa yang terjadi ketika kita merokok.

0-10 detik pertama
Pada isapan pertama, asap rokok akan masuk ke mulut dan meninggalkan lapisan cokelat tipis di gigi. Gas bersifat toksik seperti formalin dan amonia yang terhirup akan membuat sistem imun menjadi waspada sehingga terjadi inflamasi.

Begitu memasuki tenggorokan, asap rokok akan melambatkan cilia, alat penyapu kecil yang bertugas untuk membersihkan sistem pernapasan dari partikel berbahaya. Sementara itu, nikotin yang naik ke udara langsung masuk ke pembuluh darah melalui jutaan kapiler di dalam paru-paru.

Ketika nikotin memasuki kelenjar adrenal, tubuh akan merasakan sentakan energi yang memicu pengeluaran adrenalin sehingga tekanan darah dan detak jantung meningkat. Akibatnya, jantung kesulitan untuk mengendur di antara detak jantung sehingga risiko untuk terkena stroke pun meningkat.

Pada saat yang sama, karbon monoksida dari asap rokok akan mulai menumpuk di dalam darah sehingga kemampuan tubuh untuk mengirimkan oksigen ke organ vital berkurang.

Melalui peredaran darah, nikotin memasuki otak dan direspons sel saraf tertentu dengan cara pelepasan secara deras neurotransmiter dopamin yang memberikan perasaan enak. Ini sebabnya merokok menimbulkan rasa ketagihan.


Setelah 5 menit
Setelah level dopamin kembali normal, tubuh menginginkan perasaan high lagi meski kita tidak menyadarinya. Bila kita sering memuaskan keinginan tersebut, otak akan terbiasa dan mulai muncul rasa ketagihan. Akibatnya, akan sulit bagi Anda untuk berhenti merokok.

Meski rokok Anda sudah dimatikan, di dalam tubuh masih menumpuk kandungan beracun untuk 6-8 jam ke depan.


http://health.kompas.com/read/2011/11/10/13173094/Inilah.Reaksi.Tubuh.Saat.Mengisap.Rokok.

Makanan Ini Bantu Stop Merokok

KOMPAS.com — Merokok adalah salah satu kebiasaan tidak sehat yang sayangnya masih dilakukan banyak orang. Banyak cara untuk menyingkirkan kecanduan nikotin, seperti mengunyah permen karet khusus, mengonsumsi pil atau obat, olahraga, meditasi, aktif dalam beberapa kegiatan, hingga membuat beberapa perubahan substansial dalam gaya hidup.

Namun, tidak banyak orang yang sadar tentang fakta bahwa apa yang kita makan dan minum sebenarnya dapat membantu meningkatkan atau memperburuk rasa rokok.

Menurut para ahli dari Duke University, makanan dan minuman seperti daging dan minuman berkafein membuat merokok lebih berselera. Namun, produk susu dan sayuran segar justru membuat rokok terasa lebih buruk. Sekarang, mari kita lihat lima makanan dan minuman yang dapat membantu kita berhenti merokok.

1. Susu dan produk susu lainnya
Banyak perokok mengatakan, setelah minum segelas susu, merokok tidak membawa rasa dan kepuasan yang diharapkan. Susu membuat rasa rokok menjadi sangat pahit dan tidak menyenangkan. Cara ini dapat membantu mengurangi ketagihan dan membantu menyingkirkan kecanduan nikotin.

2. Jus jeruk
Jika Anda ingin cepat berhenti merokok, cobalah lebih banyak mengonsumsi jus jeruk. Pasalnya, ketika seseorang merokok secara teratur, mereka akan kehilangan banyak vitamin C, dan tubuh mereka akan digunakan untuk bertukar dengan beberapa elemen yang tidak alami dari nikotin. Beberapa buah-buahan seperti jeruk, lemon, kismis hitam, dan buah delima merupakan makanan terbaik bagi mereka yang mencoba untuk menyingkirkan ketergantungan nikotin.

3. Seledri
Seledri, bersama dengan sayuran lain seperti zukini, kacang-kacangan, dan mentimun juga memengaruhi rasa rokok. Bahkan, ilmuwan menilai, banyak mengonsumsi jenis makan tersebut dapat mengurangi ketergantungan nikotin (asalkan tidak mengonsumsi alkohol). Ini juga sekaligus menjawab mengapa mengudap batang seledri dapat membantu mengurangi keinginan ngemil. Namun, Anda tidak perlu khawatir jika tidak suka seledri karena seledri bisa digantikan dengan wortel.
Namun perlu diingat, makan banyak sayuran manis tidak terlalu baik karena jumlah glukosa yang berlebihan akan mengaktifkan area otak yang bertanggung jawab terkait kesenangan dan kepuasan. Dengan demikian, glukosa dapat merangsang nafsu.
4. Brokoli
Brokoli adalah jenis sayuran hijau yang sangat bermanfaat untuk semua orang karena memiliki berbagai macam sifat terapeutik. Secara khusus, hal ini membantu untuk menurunkan risiko penyakit paru-paru, termasuk kanker paru-paru. Brokoli mengandung sulforaphane, zat yang meningkatkan aktivitas gen NRF2 dan melindungi paru dari kerusakan akibat toksin dari nikotin. Sayangnya, studi menemukan bukti bahwa sifat terapeutik pada brokoli tidak bekerja untuk perokok karena nikotin membunuh aktivitas sulforaphane.

5. Anggur merah (red wine)
Segelas anggur merah sehari menurunkan risiko kanker paru-paru baik pada perokok maupun nonperokok. Para peneliti dari South California menemukan, orang yang minum segelas anggur merah setiap hari memiliki kemungkinan 60 persen lebih rendah untuk menderita kanker paru-paru. Anggur merah memiliki flavonoid dan resveratrol, juga sangat berguna untuk jantung dan darah (karena mencegah terjadinya penggumpalan darah).

Namun, Anda juga harus berhati-hati dan jangan mengonsumsi banyak anggur merah karena situasi ini akan menghadapkan Anda pada dua masalah sekaligus, yakni kecanduan nikotin (rokok) dan alkohol.


http://health.kompas.com/read/2011/11/10/11522929/Makanan.Ini.Bantu.Stop.Merokok

Saturday, February 11, 2012

Tak Ada Bantuan Kesehatan untuk Perokok

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebagian besar perokok di Jakarta ternyata berasal dari keluarga kelas menengah bawah. Untuk memberi efek jera, Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan mencabut bantuan kesehatan terhadap warga kelas menengah bawah yang terkena masalah kesehatan lantaran merokok.

"Penduduk miskin banyak yang merokok. Jika sakit dan diketahui karena dampak merokok, maka tidak akan dibiayai," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dien Emawati, seusai menghadiri Launching National Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Seluruh Fasilitas dan Forum Muhammadiyah, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (14/11/2011).

Kendati demikian, keputusan ini harus melalui banyak kajian dan tidak dapat begitu saja diaplikasikan. Karena itu, setiap penduduk yang mengajukan bantuan kesehatan harus dianalisis terlebih dahulu faktor penyebab penyakitnya. Penyakit yang ditimbulkan oleh dampak rokok beragam yakni tuberculosis, radang paru-paru bahkan kanker.

"Itu resikonya. Sudah berkali-kali disosialisasikan merokok itu berbahaya. Padahal tidak ada ruginya berhenti merokok. Kalau sehat justru malah semakin produktif bekerja. Tapi tetap dikaji dulu ya penyebabnya," jelas Dien.

Ia pun menyayangkan sikap warga yang rela membuang penghasilannya hanya untuk membeli rokok. Menurutnya, besar penghasilan yang kerap dihabiskan untuk membeli rokok akan lebih berguna jika dialihkan untuk biaya makan sehari-hari, pendidikan anak dan kesehatan keluarga.

"Tadi dipaparkan sebagian besar penghasilan masyarakat yang merokok habis untuk rokok daripada untuk pendidikan dan kesehatan," ujarnya.


http://health.kompas.com/read/2011/11/14/16295783/Tak.Ada.Bantuan.Kesehatan.untuk.Perokok

Yuk, Kreatif Tanpa Rokok!

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada anggapan bahwa merokok dapat memberikan stimulasi kepada seseorang menjadi lebih kreatif dalam mengerjakan sesuatu. Hal ini segera ditampik oleh Ketua Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Parni Hadi saat Launching National Kawasan Tanpa Rokok di Lingkungan Seluruh Fasilitas dan Forum Muhammadiyah.

"Siapa bilang seperti itu. Mulai sekarang mari kita galakkan kreatif tanpa rokok," kata Parni, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (14/11/2011).

Ia juga menyayangkan para wartawan yang kerap kali menulis sambil merokok. Menurutnya, itu merupakan kebiasaan buruk yang harus segera dihilangkan karena perlahan kebiasaan tersebut justru mengakibatkan turunnya kinerja wartawan.

"Jika terus dibiasakan malah jadi berbalik. Jelas di dalam rokok itu banyak zat yang sifatnya adiktif. Kalau terus-terusan merokok malah menyebabkan seseorang menjadi tidak produktif," jelas Parni.
Ia menambahkan bahwa kebiasaan merokok sambil bekerja ini sebenarnya bukan hanya pada wartawan saja. Menurutnya, banyak profesi lain yang juga menganggap rokok dapat memperlancar proses kerja seseorang karena menjadi lebih rileks.

"Itu hanya sugesti saja. Buktinya saya bisa bekerja tanpa merokok. Banyak orang juga bisa bekerja tanpa merokok. Jika ada niat dan mau melakukan aksi berhenti merokok, pasti bisa. Kalau niat saja ya percuma," ujarnya.


http://health.kompas.com/read/2011/11/14/16245110/Yuk.Kreatif.Tanpa.Rokok.

Solo Luncurkan Tiga Klinik Berhenti Merokok

SOLO, KOMPAS.com - Tiga puskesmas di Kota Solo, Jawa Tengah meluncurkan klinik berhenti merokok (KBM), Rabu (16/11/2011). Klinik ini diharapkan dapat membantu seseorang yang ingin menghentikan kebiasaannya merokok.

Klinik Berhenti Merokok yang diresmikan di Puskesmas Purwodiningratan, Puskesmas Kratonan, dan Puskesmas Penumping. Ketiga KBM ini menyusul satu KBM yang sebelumnya telah dibuka di Puskesmas Nusukan.

Klinik dilengkapi seorang dokter, tiga perawat, obat-obatan, dan peralatan, seperti pengukur fungsi paru dan kadar CO dalam darah. Pemeriksaan, konsultasi, dan obat-obatan diberikan gratis.

"Setelah sosialisasi bahaya merokok, banyak orang ingin berhenti merokok. Tetapi mereka tidak tahu harus ke mana untuk membantunya menghentikan kebiasaan merokok. Klinik Berhenti Merokok dibuka untuk membantu mereka," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo Siti Wahyuningsih.

http://health.kompas.com/read/2011/11/16/13472145/Solo.Luncurkan.Tiga.Klinik.Berhenti.Merokok

Lebih Bahagia Setelah Berhenti Merokok

KOMPAS.com — Tidak hanya kualitas kesehatan fisik yang meningkat, para perokok yang sudah meninggalkan kebiasaan buruknya itu juga mengaku kualitas psikis mereka kini menjadi lebih baik.

"Berhenti merokok memang sulit. Namun, setelah kita berhasil melakukannya, ada banyak keuntungan tak terduga yang dirasakan," kata ketua peneliti Megan E.Piper.

Dalam penelitian yang dilakukannya terungkap bahwa tiga tahun setelah berhenti merokok, para partisipan studi melaporkan bahwa kini mereka lebih sedikit merasa stres dan mood mereka jauh lebih stabil dibandingkan saat masih menjadi perokok.

Piper mengatakan, ia dan timnya sengaja membuat penelitian untuk membuktikan secara ilmiah pendapat orang yang menyebutkan bahwa berhenti merokok membuat perasaan menjadi lebih baik.

Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah meminta partisipan studi untuk menggambarkan kualitas hidup mereka. Kemudian dibandingkan trennya dengan orang yang sudah berhenti dengan kelompok yang masih merokok.

Para peneliti melakukan survei terhadap 1.504 orang dari Wisconsin, Amerika Serikat. Sekitar 58 persen adalah perempuan dan 84 persen responden orang kulit putih.

Responden dibagi ke dalam enam kelompok, yakni mereka yang menggunakan koyo (patch) nikotin, nikotin lozenges, obat, serta kombinasi obat dan placebo. Semuanya mendapatkan konseling untuk meningkatkan motivasi berhenti merokok.

Kemudian, para responden itu diikuti selama tiga tahun pascaberhenti merokok dan diperiksa contoh darahnya untuk memastikan mereka benar-benar berhenti. Mereka juga diwawancara tentang kepuasan hidup dan hubungan dengan orang lain.

Secara umum, kualitas hidup agak turun pada semua kelompok, baik pada yang berhenti maupun yang masih merokok. Namun, angka kejadian stres orang yang berhenti merokok lebih rendah.

http://health.kompas.com/read/2011/12/17/10534176/Lebih.Bahagia.Setelah.Berhenti.Merokok

Friday, February 10, 2012

Saatnya Penerapan Gambar "Serem" di Bungkus Rokok

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan hasil penelitian, peringatan  berbentuk teks dalam bungkus rokok tidak mampu memotivasi perokok untuk menghentikan kebiasaan buruknya. Untuk itulah, pemerintah seharusnya segera mengeluarkan kebijakan tentang penerapan peringatan berbentuk gambar pada kemasan rokok.

"Dari masyarakat yang diteliti, 50 persen mengatakan peringatan teks tidak terbukti, 26 persen tidak termotivasi untuk berhenti merokok, dan 24 persen tidak peduli karena terlanjur ketagihan," ungkap Prof Dr Budi Setyanto, Sp JP (K), ahli jantung RS Harapan Kita, saat diskusi dalam rangka Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Jakarta, Sabtu (6/6).

Hal senada disampaikan dr Widyastuti Soerojo, MSc, Ketua TCSC IAKMI Badan Khusus Pengendali Tembakau. Studi di berbagai negara, kata Widyastuti, membuktikan bahwa peringatan kesehatan berbentuk gambar sangat efektif meningkatkan kesadaran perokok akan bahaya rokok.

Selain itu, lanjut Widyastuti, peringatan dengan menggunakan gambar juga tidak membutuhkan biaya dari pemerintah. "Sementara pemerintah tidak punya anggaran yang cukup untuk memberikan pendidikan dampak rokok ke masyarakat," ucapnya.
Widyastuti menambahkan, saat ini produsen rokok di Indonesia memproduksi dua versi bungkus rokok. Bungkus rokok dengan versi peringatan bergambar untuk diekspor, sedangkan ironisnya untuk masyarakat Indonesia cukup dengan tulisan.

"25 negara telah mencantumkan peringatan bergambar dan 4 negara di ASEAN. Negara lain bisa, mengapa tidak di Indonesia?" ujarnya.
Untuk peringatan kesehatan yang efektif, lanjut Widyastuti, seharusnya berbentuk gambar dan tulisan pada bagian atas yang mencakup 50 persen permukaan depan dan belakang. Selain itu, gambar berwarna dan tidak tertutup selubung sehingga mudah terlihat serta menunjukkan risiko merokok.

"Yang terakhir, pesannya tunggal dan diganti secara periodik. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan itu," lanjutnya.
Ketua Pengurus Harian YLKI Husna Zahir mengatakan, tanggung jawab untuk memberikan informasi tentang dampak rokok bukan hanya pada pemerintah atau masyarakat, tetapi juga produsen rokok.

"Sekarang ini peringatan dari produsen setengah hati. Posisi teks kalah dengan logo, warna, merek, atau gambar dalam bungkus rokok," paparnya.

40 Negara Gunakan Peringatan Bergambar

SIDNEY, KOMPAS.com - Sebanyak 40 negara sudah menggunakan peringatan bergambar bahaya merokok di permukaan kemasan rokok. Peringatan bergambar tersebut merupakan salah satu upaya sosialisasi bahaya kesehatan dari kebiasaan merokok. Di Indonesia, peringatan bahaya merokok baru berupa teks di sebagian kemasan.

Hal itu terungkap dalam workshop media terkait dengan Asia Pacific Conference on Tobacco or Health (APACT) di Sidney, Australia, Selasa (5/10/2010). Peringatan kesehatan di kemasan rokok itu antara lain berupa gambar kanker paru, kanker tenggorokan, kanker mulut, dan bayi prematur.

Selain itu, diberikan penjelasan tertulis mengenai penyakit itu. Gambar-gambar tersebut umumnya disediakan pemerintah dan bagian dari ketentuan pengendalian tembakau di negara produk itu dijual.

"Gambar yang paling ditakuti, biasanya gambar organ paru yang terkena kanker. Tetapi gambar tetap harus tetap variatif agar pesannya tidak dilupakan masyarakat," ujar Chief Executive Officer Council Australia sekaligus clinical profesor di Sydney Medical School, Ian Olver.

Perokok yang menghisap 20 batang per hari potensial terekspos 7.300 kali per tahun terhadap peringatan kesehatan di kemasan. Australia bahkan tengah mengusahakan kemasan generik untuk rokok pada tahun 2012. Di kemasan tersebut tidak ditampilkan logo dan merek rokok. Peringatan kesehatan bergambar tetap digunakan.

Profesor bidang Kesehatan Masyarakat di University of Sidney, Simon Chapman mengatakan, mesti memahami risiko berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok.
"Banyak yang masih menganggap hal itu sebagai mitos. Padahal, secara epidemiologi, dampak kesehatan akibat merokok sudah jelas. Perokok berisiko tinggi terkena kanker, juga penyakit kardiovaskular," ujarnya.  (INE)

Desain Baru Bungkus Rokok di AS

 
















KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memperkenalkan sembilan desain baru peringatan bergambar pada kemasan rokok  kepada publik. Ini merupakan salah satu langkah nyata dari lembaga pengawas tersebut untuk mengatur penggunaan produk tembakau di Negeri Paman Sam.

Sekretaris Pelayanan Kesehatan FDA Kathleen Sebelius menegaskan, peluncuran desain baru kemasan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga akan bahaya dan risiko akibat merokok. "Melalui peringatan ini, setiap orang yang mengambil sebungkus  rokok  akan menyadari sebesar apa risiko yang akan mereka dapatkan," ujarnya.

Data di Amerika menyebutkan, perilaku merokok dan penggunaan produk tembakau lainnya merupakan penyebab utama dari kematian yang dapat dicegah. Jumlah korban meninggal akibat menghisap tembakau mencapai 440.000 jiwa setiap tahunnya.

Desain baru kemasan tersebut terdiri dari gambar berwarna terang dan sebuah kalimat peringatan dampak dari merokok.  Kalimat tersebut di antaranya "Cigarettes are addictive"; "Tobacco smoke can harm your children"; "Cigarettes cause fatal lung disease"; "Cigarettes cause cancer"; "Cigarettes cause strokes and heart disease"; "Smoking during pregnancy can harm your baby"; "Smoking can kill you"; "Tobacco smoke causes fatal lung disease in nonsmokers"; and "Quitting smoking now greatly reduces serious risks to your health."

Menurut FDA, desain baru peringatan ini rencanaya paling lambat akan diterapkan mulai September 2012 ini. 

 

Thursday, February 9, 2012

Merokok di Mobil Sebaiknya Dilarang

Kompas.com - Demi mencegah bahaya rokok pada perokok pasif, khususnya anak, seharusnya merokok di dalam mobil juga dilarang. Apalagi kadar toksin rokok di dalam mobil 23 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam bar yang penuh asap.

Pelarangan merokok di dalam mobil itu diserukan oleh The British Medical Association (BMA) setelah menemukan bukti-bukti akan tingginya level zat kimia beracun di dalam mobil yang dipakai untuk merokok.

Dalam argumennya BMA mengatakan tujuan pelarangan itu adalah untuk melindungi anak-anak dari zat kimia rokok. Anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan karena tubuh mereka mudah menyerap polutan sementara sistem imunnya belum berkembang dengan baik.

Penelitian juga menunjukkan perokok pasif bisa mengalami gangguan kesehatan seperti sindrom kematian mendadak pada bayi, asma, serta terganggunya fungsi paru.

Kendati sampai saat ini belum ada hukum yang mengatur pelarangan merokok di dalam mobil, tetapi di beberapa negara seperti Kanada, Amerika Serikat, Australia, dan Afrika Selatan sudah mulai menyosialisasikan bahaya merokok di dalam mobil.

Di Inggris, kampanye pelarangan ini menuai kontroversi terutama dari para perokok. Mereka khawatir setelah pelarangan di dalam mobil pribadi kelak akan dilarang juga merokok di dalam rumah.


http://health.kompas.com/read/2011/11/17/15262889/Merokok.di.Mobil.Sebaiknya.Dilarang

Rokok "Curi" Sepertiga Daya Ingat

KOMPAS.com — Penelitian menunjukkan, kebiasaan merokok dapat menggerus atau menurunkan daya ingat seseorang. Menurut temuan para ahli di Northumbria University, AS, para perokok bisa kehilangan sepertiga dari memorinya.

Untungnya, mereka yang sembuh dari kecanduan rokok dapat memulihkan kemampuan mengingatnya hingga pada tingkat yang sama dengan mereka yang tidak pernah merokok.

Dalam penelitian ini, sekitar 70 orang berusia 18 hingga 25 tahun dilibatkan dalam tes memori. Peserta diikutsertakan dalam kunjungan ke sebuah museum dan diminta untuk mengingat beberapa hal secara detail.

Hasilnya menunjukkan, para perokok mencatat hasil yang buruk, yakni hanya mampu mengingat sekira 59 persen dari total tugas yang diberikan. Mereka yang sudah berhenti merokok mampu mencapai 74 persen, sedangkan peserta yang tidak pernah merokok mampu menyelesaikan hingga 81 persen.

Dr Tom Heffernan dari Northumbria University’s Collaboration for Drug and Alcohol Research Group menyatakan bahwa temuan ini sangat berguna untuk mendukung kampanye antirokok.

Riset ini akan dikembangkan untuk meneliti lebih jauh dampak merokok pasif dan melihat efek dari third-hand smoking, yakni residu atau sisa racun yang tertinggal di benda-benda yang terkena asap rokok, seperti sofa atau tirai.


http://health.kompas.com/read/2011/09/22/11521763/Rokok.Curi.Sepertiga.Daya.Ingat

Layanan Gratis untuk Berhenti Merokok

SOLO, KOMPAS.com -- Klinik Berhenti Merokok (KBM) di Kota Solo, Jawa Tengah, memberi layanan gratis mulai dari pemeriksaan, konsultasi dokter, hingga obat-obatan kepada seseorang yang ingin menghentikan kebiasaan merokok. Klinik ini tersebar di empat puskesmas, yakni Puskesmas Nusukan, Penumping, Purwodiningratan, dan Kratonan.

Pasien yang datang ke KBM terlebih dahulu akan diperiksa fungsi paru-parunya oleh spirometri dan kadar CO dalam darah. Zat CO adalah racun dalam rokok. Setelah itu, pasien akan berkonsultasi dengan dokter.

"Di sini kami tanyakan, riwayat merokoknya. Apakah pernah mencoba berhenti merokok dan apa kendalanya. Biasanya pasien sendiri yang menyatakan kapan akan mulai mengurangi atau berhenti merokok," kata koordinator tim KBM Puskesmas Purwodiningratan dr Andreas Budi Santoso, Rabu (16/11/2011).

Jika diperlukan, menurut Andreas, pasien akan diberi obat-obatan untuk mengatasi keluhan yang muncul saat mengurangi atau menghentikan merokoknya, seperti mulut pahit, gelisah, atau pusing. Obat-obatan ini diharapkan efektif membantu perokok menghentikan kebiasaan merokoknya. "Semua layanan ini gratis dibiayai Pemkot Solo," kata Andreas.

Wednesday, February 8, 2012

Bungkus Rokok Polos Tekan Selera Merokok

KOMPAS.com - Menghentikan kebiasaan merokok memang sangat sulit dilakukan, terutama bagi mereka yang sudah kecanduan. Namun penelitian terbaru menunjukkan, ada hubungan antara bentuk kemasan rokok dengan selera konsumsi tembakau.

Peneliti menemukan, bungkus rokok yang dikemas polos (tanpa warna), kusam, dan tanpa merek, dapat membantu mengurangi konsumsi tembakau di kalangan perokok, khususnya wanita muda yang merokok.
Temuan ini didapatkan setelah para ilmuwan Stirling University Institut melaksanakan uji kuesioner terkait sikap orang dewasa di Glasgow yang berusia 18-35 tahun terhadap kemasan rokok polos.

"Studi naturalistik menunjukkan bahwa bungkus rokok yang polos memainkan peran penting dalam membantu mengurangi konsumsi tembakau di beberapa kalangan perokok dewasa muda, dan perempuan pada khususnya," kata peneliti dalam jurnal Tobacco Control.

"Studi ini menegaskan, kurangnya daya tarik kemasan polos, berpengaruh terhadap berkurangnya kenikmatan dan konsumsi rokok. Kami akan meneliti lebih lanjut untuk memahami dampak bentuk kemasan bagi perokok," tambahnya.

Sementara itu Direktur Stirling Institute Gerard Hastings mengatakan, walaupun studi tersebut cakupannya masih kecil dan tak menghasilkan statistik yang signifikan, akan tetapi dapat menunjukkan efektivitas dalam menekan penggunaan tembakau.

"Kemasan polos dari bungkus rokok membuat perokok mengurangi kebiasaan buruk mereka  untuk terus merokok, hal ini  lebih jelas terlihat pada wanita dibandingkan pada pria," katanya.

 http://health.kompas.com/read/2011/09/12/13480187/Bungkus.Rokok.Polos.Tekan.Selera.Merokok

Rokok Elektronik Berasap Uap Air

KOMPAS.com - Pernah mendengar yang namanya rokok elektronik? Tentunya bukan merokok melalui email atau yang sejenisnya.  Rokok jenis ini dapat disarankan untuk orang-orang terdekat Anda yang masih mengepulkan asap rokok setiap hari.  Sebab, rokok elektronik mengeluarkan asap yang berbeda dengan rokok biasa. Memang berasap, tetapi asap yang dihasilkan dari uap air dan tidak berbau.

Penemuan electronic cigarette, atau yang disingkat e-cigarette, adalah langkah yang tepat untuk para perokok yang sangat ingin berhenti dari kecanduan nikotin yang terdapat pada rokok konvensional.

Menurut situs My Smoking Altenatives, rokok elektronik sedang populer di antara para perokok. Perokok tersebut dibagi dalam dua kategori : mereka yang benar-benar ingin berhenti merokok dan kedua, mereka yang masih ingin meneruskan merokok, tetapi dengan "cara yang aman". Dan rokok elektronik menjadi cara untuk perokok kategori kedua.

Rokok elektronik terlihat dan terasa seperti rokok sesungguhnya. Ketika Anda mengisap, ujung rokok akan menyala seperti layaknya rokok biasa.

Rokok elektronik itu juga mengeluarkan asap. Hanya saja, asap itu berasal dari uap air yang sama sekali tidak berbahaya dan tidak berbau. Rokok elektronik dioperasikan dehgan menggunakan teknologi elektronik. Rokok elektronik juga tidak mengandung bahan-bahan berbahaya yang ditemui dalam rokok tradisional. Rokok elektronik tidak mengandung karbon monoksida/ dioksida, tidak berbau, tidak membuat napas menjadi bau, dan juga tidak menguningkan gigi.

Keuntungan lain adalah perokok elektronik tidak membahayakan orang lain, yang biasa disebut sebagai second hand smoke. Mereka bisa tetap merokok di tempat-tempat umum. Sungguh, rokok elektronik itu benar-benar bisa dipakai bergaya dan juga tidak merugikan orang lain.

Ada sembilan alasan mengapa para perokok harus mulai meninggalkan rokok tradisional dan menggantikannya dengan rokok elektronik.

1.  Sehat karena tidak mengandung tar dan karsinogen. Bahkan, sudah ada penelitian yang mengonfirmasi bahwa rokok elektronik tidak menyebabkan kanker.

2. Mendekatkan perokok dengan orang lain. Tidak dapat dipungkiri, jika ada yang merokok di antara kita, biasanya mereka yang tidak merokok akan menghindar. Dengan demikian, si perokok hanya berdiri sendiri di sana untuk menikmati bau rokoknya. Rokok elektronik sama sekali tidak berbau, jadi perokok akan tetap bisa berbaur dengan orang lain.

3. Hilangkan kecanduan secara perlahan. Kebiasaan merokok memang sulit dihentikan, sehingga membuat kecanduan. Nah, dengan rokok elektronik, kecanduan merokok seperti dalam rokok tradisional akan sedikit demi sedikit menghilang.

4. Bebas merokok di mana pun. Tidak perlu mencari smoking area. Bahkan, di dalam pesawat pun masih tetap bisa merokok.

5. Pada akhirnya, kecanduan merokok akan menghilang. Rokok elektronik, secara teknis, memang tidak berhenti merokok, tetapi bisa membantu perokok untuk berhenti kapan pun. Ada empat tingkatan "nikotin" dalam rokok elektronik. Untuk berhenti merokok, setiap kali isap lah nikotin dengan kadar yang menurun. Pada akhirnya perokok akan benar-benar berhenti kecanduan nikotin.

6. Penampilan jadi keren.  Tampil bergaya dengan sebatang rokok berwarna hitam dengan warna "api" biru berkedip setiap kali Anda mengisap rokok tersebut.

7. Bebas dari segala penyakit yang disebabkan oleh merokok. Bukan rahasia lagi kalau rokok sangat berbahaya untuk tubuh. Dengan rokok elektronik, tubuh akan bebas 100 persen dari penyakit yang disebabkan rokok.

8. Tidak membuat udara terpolusi. Selain tidak berbau, rokok elektronik tidak menghasilkan abu rokok dan juga tidak ada puntung rokok. Jadi, rokok elektronik juga ramah lingkungan.

9. Rasanya lebih enak daripada rokok tradisional. Itu menurut mereka yang telah mencoba rokok elektronik.

Jadi, dengan rokok elektronik, Anda Tidak perlu khawatir terhadap risiko kanker paru-paru dan penyakit mengerikan lainnya.  Hidup sehat bisa tetap dilakukan dengan rokok elektronik.
(DIAN SAVITRI)

http://health.kompas.com/read/2011/11/19/17451876/Rokok.Elektronik.Berasap.Uap.Air

Stop Merokok Minimal 2 Minggu, Batuk Hilang!

KOMPAS.com - Tidak pernah ada kata terlambat bagi Anda berhenti merokok. Sebuah riset terbaru bahkan menunjukkan, berhenti merokok hanya dua minggu dapat mengobati masalah batuk dan gangguan pernafasan lainnya.

Peneliti berpendapat, temuan ini menjadi penting khususnya untuk menyadarkan orang dewasa muda tentang manfaat berhenti merokok.

Riset yang dilakukan Karen Calabro, DrPH dan Alexander Prokhorov, MD, PhD dari University of Texas MD Anderson Cancer Center, menunjukkan bahwa relawan berusia 18-24 tahun yang berhenti merokok setidaknya dua minggu, memiliki risiko lebih rendah mengalami gangguan pernafasan, terutama yang berkaitan dengan gejala batuk.

"Berhenti merokok hanya dalam hitungan minggu sudah dapat memberikan manfaat kepada Anda (tidak perlu sampai setahun atau puluhan tahun). Temuan ini diharapkan dapat membantu memotivasi orang dewasa muda untuk berhenti merokok sebelum terjadi kerusakan lebih parah," kata Harold Farber, MD, MSPH, Baylor College of Medicine, Houston.

Dalam risetnya, para peneliti membandingkan dua kelompok mahasiswa yang mengalami gangguan pernapasan. Para mahasiswa ini diketahui merokok rata-rata  5 sampai 10 batang dalam sehari selama 1 sampai 5 tahun. Mahasiswa pada kelompok pertama adalah mereka yang berhasil untuk berhenti merokok selama dua pekan, sedangkan satu kelompok lainnya yang gagal menghentikan kebiasaannya.

Hasilnya diketahui bahwa peserta yang berhenti merokok selama dua minggu, cenderung mengalami penurunan masalah pernafasan, terutama terkait gejala batuk. Dengan temuan ini, peneliti mengimbau kepada kepada perokok untuk segera berhenti merokok sebelum masalah pernapasan menjadi lebih parah dan tidak dapat diobati.

http://health.kompas.com/read/2012/02/07/08382477/Stop.Merokok.Minimal.2.Minggu.Batuk.Hilang.

Tuesday, February 7, 2012

Agar Jera, Kemasan Rokok Dibuat Mengerikan

UPAYA untuk menyadarkan para pecandu rokok supaya meninggalkan kebiasaan buruknya memang tak mudah. Banyak hal telah dilakukan, mulai dari kampanye bahaya rokok bagi kesehatan hingga penerapan aturan tentang pencantuman peringatan tertulis bahayanya di kemasan meski hasil belum efektif.





Di Inggris, upaya menyadarkan perokok dan mencegah bertambahnya perokok baru terus dilakukan. Belum lama ini, Pemerintah Inggris menerapkan suatu kebijakan yang cukup revolusioner, yakni mewajibkan para produsen rokok mencantumkan gambar-gambar mengerikan akibat dampak merokok di setiap kemasan.

Pemuatan gambar-gambar mengerikan di kemasan rokok itu telah dimulai sejak pekan ini. Departemen Kesehatan Inggris mengharapkan langkah ini akan membuat para perokok mengubah pendiriannya dan menyadarkan mereka betapa mengerikan akibat yang ditimbulkan rokok.

Sekurangya, 11 gambar telah didesain untuk dimuat di setiap kemasan rokok dan salah satu yang paling mengerikan adalah gambar seorang penderita kanker tenggorokan dengan tumor besar yang membelit lehernya.
Depkes Inggris menyatakan, kampanye akan bahaya rokok melalui tulisan saja setidaknya telah membuat sekitar 90.000 perokok di Inggris menelepon posko bantuan untuk mengatasi rokok. Dengan strategi baru ini, Kepala Bagian Medis Sir Liam Donaldson berharap akan semakin banyak lagi perokok yang sadar.

“Gambar peringatan yang mengerikan itu memberi tekanan kuat akan kenyataan dari dampak bila seseorang terus merokok. Saya harap akan lebih banyak yang berpikir untuk berhenti merokok," ujarnya.

http://health.kompas.com/read/2008/10/16/10430531/Agar.Jera.Kemasan.Rokok.Dibuat.Mengerikan

Kematian Akibat Merokok Dianggap Sepele

KOMPAS.com - Sudah tahu berbahaya tetapi tetap dilakukan. Kondisi itu sepertinya sangat cocok untuk menggambarkan sikap dari individu-individu yang sudah terlanjur kecanduan nikotin pada rokok.
Para peneliti dari NHS Smokefree dalam riset terbarunya mengungkapkan, sebanyak 53 persen perokok cenderung meremehkan risiko kematian disebabkan oleh penyakit yang dipicu akibat kebiasaan merokok. Bahkan, sebanyak 58 persen perokok juga cenderung meremehkan risiko kematian dini yang disebabkan karena rokok.

"Dan, sekali lagi, 8 persen dari mereka yang disurvei tidak menyadari, bahwa merokok dapat berdampak serius pada kesehatan atau menyebabkan kematian dini," kata peneliti NHS.

Tidak hanya itu. Temuan tersebut juga menunjukkan ketidak pedulian perokok terkait banyaknya uang yang mereka habiskan hanya untuk membeli sebungkus rokok.

"Berhenti merokok adalah hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk meningkatkan kesehatan Anda di tahun baru. Yang jelas, bahwa mayoritas perokok ingin berhenti merokok dan NHS bersedia membantu mereka berhenti selamanya," kata Anne Milton Menteri Kesehatan Inggris.

Di Indonesia, menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 dan 2010, terjadi kecenderungan peningkatan umur mulai merokok pada usia lebih muda. Data Riskesdas 2010 menunjukkan, umur pertama kali merokok pada usia 5-9 tahun sebesar 1,7 persen, usia 10-14 tahun sebesar 17,5 persen, usia 15-19 tahun sebesar 43 persen, usia 20-24 tahun sbesar 14,6 persen, 35-29 tahun sebesar 4,3 persen dan usia 30 tahun ke atas sebesar 3,9 persen.


http://health.kompas.com/read/2012/01/02/20541287/Kematian.Akibat.Merokok.Dianggap.Sepele

Merokok Bikin Otak Lemot

KOMPAS.com - Bukti efek negatif dari kebiasaan merokok kembali diungkap oleh sebuah penelitian. Para ahli di Inggris menunjukkan bahwa merokok dapat mempercepat penurunan kualitas memori, cara berpikir, dan belajar khususnya di kalangan pria. Temuan ini menambah daftar panjang alasan bagi para perokok untuk segera berhenti.

Bukan rahasia lagi kalau dalam  sebatang rokok setidaknya terkandung sekitar 4.000 zat kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia. Tak heran apabila banyak penelitian menyebutkan bahwa asap rokok memiliki andil besar dalam merusak kesehatan.

Dalam riset terbaru  dipublikasikan pada 6 Februari 2012 dalam jurnal Archives of General Psychiatry, Severine Sabia dari University College London beserta rekan-rekannya menganalisis data sekitar 5.100 pria dan lebih dari 2.100 wanita. Penelitian dilakukan dengan cara menilai serta menganalisis responden terkait fungsi mental seperti memori, pembelajaran dan pengolahan pikiran.
Penilaian fungsi mental para responden dilakukan selama tiga kali selama kurun waktu 10 tahun. Sedangkan penilaian status merokok responden dilakukan enam kali dalam kurun waktu 25 tahun. Usia rata-rata responden adalah sekitar 56 tahun ketika penilaian pertama dilakukan.

Peneliti menemukan bahwa di kalangan kaum pria, merokok berhubungan dengan merosotnya kemampuan otak yang lebih cepat. Selain itu, penurunan yang lebih masif terjadi pada pria yang terus merokok selama masa penelitian.

Di antara responden yang berhenti merokok, upaya meninggalkan rokok rupanya tidak terlalu membantu. Peneliti menemukan bahwa pria yang berhenti merokok dalam 10 tahun sebelum penilaian pertama dilakukan ternyata masih berisiko mengalami penurunan mental,  terutama terkait fungsi "eksekutif" pada otak. Namun, mereka yang telah berhenti merokok dalam jangka waktu lama, cenderung mengalami penurunan fungsi otak lebih lambat.

"Akhirnya, hasil penelitian kami menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok dengan penurunan kemampuan mental, terutama pada usia lebih tua," kata peneliti.

Peneliti menambahkan,  meski temuan tersebut telah menemukan hubungan antara merokok dan penurunan mental pada pria, tetapi hal ini  tidak membuktikan hubungan sebab-akibat.

"Temuan ini menggarisbawahi bahwa merokok memiliki dampak buruk terhadap otak.  Kebiasaan merokok di usia pertengahan adalah faktor yang dapat dimodifikasi yang mana efeknya mungkin setara dengan penurunan (fungsi mental) hingga rata-rata 10 tahun ," kata Dr. Marc Gordon, Kepala Neurologi di Zucker Hillside Hospital, Glen Oaks, N.Y, yang tidak terlibat dalam penelitian.

Dalam riset ini, para ahli tidak menemukan hubungan antara efek merokok dengan penurunan fungsi mental pada kaum wanita. Alasan untuk perbedaan jenis kelamin ini belum terungkap dengan jelas.  Tetapi  hal itu mungkin berkaitan dengan fakta bahwa pria umumnya cenderung merokok lebih banyak ketimbang wanita.

http://health.kompas.com/read/2012/02/08/0833223/Merokok.Bikin.Otak.Lemot