Monday, October 24, 2011

Asap Perokok, Persoalan Kita

Kepulan asap rokok selalu menjadi hiasan saat rapat atau audiensi di ruang utama Gedung DPRD Bantul.
Padahal, ada sepuluh unit AC yang terpasang di ruangan itu. Lebih parah lagi, ruangan tersebut tidak memiliki alat pengisap sehingga asap hanya berputar- putar di dalam ruangan.

Tulisan "dilarang merokok" telah terpajang di setiap sisi dinding. Di layar proyektor juga tercantum larangan tersebut. Namun, semua seolah tak ada artinya. Para wakil rakyat itu tetap asyik merokok. Klepas-klepus, seakan tak peduli audien lain terganggu dengan asap tersebut.

Sekretaris DPRD Bantul Suarman mengatakan, sebenarnya dari total 44 anggota dewan hanya 10 persen yang merupakan perokok aktif. Namun, ia mengaku kewalahan untuk mengendalikan perilaku mereka. "Kami sudah sering mengimbau, tetapi memang tidak diindahkan," ujarnya, Kamis (3/6).

Agus Effendi, anggota dewan dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, mengaku merasa terganggu dengan perilaku perokok yang tidak mengindahkan etika. Pasalnya, meski bukan perokok, ia ikut menghirup asap rokok yang mengancam kesehatannya.

Kisah di Bantul itu hanya salah satu contoh masalah terkait rokok di masyarakat kita. Berbagai kebijakan untuk mengerem dampak negatif rokok rupanya selalu terpental, seolah terhadang tembok besar.

Padahal, seperti yang telah berulang kali disuarakan, rokok mengandung berbagai bahaya yang mengganggu kesehatan. Bukan hanya bagi perokok aktif, tapi juga perokok pasif, alias nonperokok yang menghirup asap rokok.

Koordinator Quit Tobacco Indonesia Yayi Suryo Prabandani, saat memberikan penjelasan di Balaikota Yogyakarta pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia pada 31 Mei lalu, mengatakan, perokok pasif menanggung risiko kesehatan lebih tinggi dari perokok aktif.

"Risiko kanker paru-paru pada perempuan yang memiliki suami perokok berkisar 279 persen-300 persen," ujar Yayi yang juga pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat UGM. Karena itu, tahun ini Kota Yogyakarta mencanangkan program kampung bebas asap rokok di empat RW dari empat kelurahan untuk mencegah dampak asap bagi perokok pasif, khususnya di rumah tangga-rumah tangga.

Pemerintah Kota Yogyakarta juga membuka klinik konsultasi berhenti merokok di kompleks balaikota untuk pegawai pemkot yang ingin berhenti merokok tapi tidak tahu caranya. Klinik ini semakin menambah fasilitas yang dimiliki Yogyakarta dalam memerangi rokok setelah sebelumnya di setiap puskesmas dan RSUD juga disediakan klinik serupa.

Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta Choirul Anwar mengatakan, klinik ini menyediakan satu konselor dan beroperasi sepanjang Selasa- Jumat pada pukul 11.00.14.00. "Sekitar 50 persen pegawai laki-laki di pemkot perokok aktif. Klinik ini untuk memfasilitasi mereka, yang saya tahu, banyak yang sebenarnya ingin berhenti merokok," katanya. (ENY/ENG)


http://health.kompas.com/read/2010/06/04/1633461/Asap.Perokok.Persoalan.Kita

No comments:

Post a Comment