Tuesday, April 17, 2012

Mengatur Rokok, Mencegah Kemiskinan

Pada saat hampir semua negara meneguhkan komitmen untuk mengendalikan dampak buruk tembakau, Indonesia justru masih ragu. Tarik ulur kepentingan ekonomi atas nama petani tembakau dan buruh pabrik rokok mengorbankan hak hidup sehat rakyat.

Sekretaris Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan dalam berbagai kesempatan selama Konferensi Dunia untuk Tembakau atau Kesehatan (WCTOH) di Singapura, 20-24 Maret, mengingatkan keagresifan industri tembakau untuk memperjuangkan kepentingan mereka. Dengan sumber daya yang dimiliki, industri tembakau mampu memengaruhi penentu kebijakan pengendalian tembakau di berbagai negara.

Marry Asunta dari Aliansi Pengendalian Tembakau Asia Tenggara (SATCA) mengatakan, kasus hilangnya Ayat 2 Pasal 113 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan merupakan bukti kuatnya intervensi industri rokok dalam memengaruhi kebijakan.

Hilangnya ayat yang menyebut produk tembakau sebagai zat adiktif secara gamblang mempertontonkan perselingkuhan industri tembakau dengan politisi dan birokrasi. Setelah ayat tembakau dikembalikan, berbagai upaya menggalang dukungan publik melalui akademisi dan organisasi keagamaan dilakukan, termasuk mendorong pengajuan uji materi ke Mahkamah Konstitusi.

Dalam memperjuangkan kepentingan, industri tembakau menggunakan petani tembakau, buruh pabrik, dan industri rokok rumahan sebagai tameng. Kelompok ini selalu ditonjolkan sebagai korban berbagai kebijakan pengendalian tembakau.

Padahal, saat aturan pengendalian tembakau di Indonesia masih parsial, dan penegakannya masih lemah seperti sekarang, petani tembakau dan buruh pabrik sudah lebih dulu tersisih.

Petani tembakau, buruh, dan industri rokok rumahan tersisih karena tak mampu bersaing dengan hegemoni industri rokok besar dan multinasional. Jeratan tengkulak dan sistem ijon pada petani tembakau membuat mereka sulit lepas dari kemiskinan.

Buku Ekonomi Tembakau di Indonesia yang ditulis Sarah Barber dan rekan tahun 2008 menyebut, jumlah petani dan pekerja di industri rokok terus menurun. Jumlah petani tembakau, petani cengkeh, dan pekerja industri manufaktur rokok 1 juta-1,2 juta orang. Porsi terbesar adalah petani tembakau, yaitu 503.000 orang.

Konversi tanaman

Penelitian Triasih Djutaharta dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD-FE UI) dan rekan tahun 2010 dalam artikel ”The Impact of Excise Increase on Income of Tobacco Farmers” (Dampak Kenaikan Cukai Rokok terhadap Pendapatan Petani Tembakau) menyebut, 36,1 persen rumah tangga petani tembakau memiliki pendapatan kurang dari Rp 1 juta per bulan.

Hanya 39 persen petani tembakau menanam tembakau saja. Sisanya juga menanam tanaman lain yang lebih menguntungkan, seperti padi, jagung, ataupun tanaman hortikultura lain. Artinya, konversi petani tembakau menjadi petani tanaman lain relatif mudah dilakukan jika pemerintah serius hendak mengendalikan tembakau.

Luas areal yang ditanami tembakau berfluktuasi. Demikian pula tingkat produksinya. Rendahnya produksi tembakau dipicu rentannya tanaman tembakau terhadap perubahan cuaca dan serangan hama.

Pada saat sama, impor tembakau dari China, India, dan sejumlah negara lain terus meningkat. Tahun 2007, produksi tembakau 164.851 ton, sebanyak 46.834 ton diekspor. Pada saat sama diimpor 69.742 ton tembakau.

”Pendapatan yang rendah membuat petani sensitif jika ada kebijakan yang akan mengubah pendapatan mereka. Ini membuat mereka mudah dimanfaatkan pengambil kebijakan dan industri tembakau,” kata peneliti Pusat Kajian Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI Hasbullah Thabrany.

Nasib petani dan buruh pabrik itu berkebalikan dengan para pemilik pabrik rokok. Pemilik pabrik rokok besar selalu masuk dalam daftar orang-orang terkaya di Indonesia.

Miskin dan penyakitan


Pengalaman sejumlah negara menunjukkan, penandatanganan dan ratifikasi Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) tidak membuat petani dan industri rokok tutup. Industri tembakau di China, Jepang, dan India tetap bertahan meski ada aturan ketat untuk mengendalikan peredaran rokok.

Sifat adiksi pada rokok tak membuat perokok berhenti merokok walau ada aturan ketat. Aturan pengendalian tembakau bukan untuk melarang orang merokok, melainkan mengatur dan membatasi agar dampak buruk rokok tak mengenai mereka yang tidak merokok serta mencegah bertambahnya jumlah perokok remaja dan perempuan.

Peneliti LD-FE UI, Abdillah Ahsan, menunjukkan, pengeluaran untuk rokok keluarga miskin tahun 2009 menempati urutan kedua setelah beras.

Pembelian rokok sering kali lebih diprioritaskan daripada pangan bergizi, seperti daging, telur, buah, serta biaya pendidikan dan kesehatan. Kondisi ini ironis di tengah besarnya jumlah anak kurang gizi, tingginya angka putus sekolah, dan rendahnya biaya kesehatan.

Dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI, Endang L Achadi, mengatakan, dampak kurang gizi pada anak balita adalah pendek, kemampuan kognitif rendah, dan peningkatan risiko penyakit, seperti hipertensi dan diabetes saat dewasa. Rokok juga menjadi faktor risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.

Kementerian Kesehatan menyatakan, konsumsi rokok tahun 2010 menyebabkan pengeluaran tak perlu sebesar Rp 231,27 triliun. Rinciannya, untuk membeli rokok Rp 138 triliun, biaya perawatan medis Rp 2,11 triliun, dan hilangnya produktivitas Rp 91,16 triliun.

Pengeluaran ini jauh lebih besar dibandingkan perolehan negara dari cukai dan rokok. Jika tak segera dikendalikan, pemerintah akan kesulitan menjamin pembiayaan kesehatan masyarakat miskin dalam Jaminan Kesehatan Semesta (universal coverage) yang akan diberlakukan pada tahun 2014.

Oleh : M Zaid Wahyudi

http://health.kompas.com/read/2012/04/17/08310275/Mengatur.Rokok.Mencegah.Kemiskinan

Tuesday, February 14, 2012

Beda Efek Menghisap Marijuana dan Rokok

KOMPAS.com -  Perdebatan mengenai dampak merokok dan menghisap marijuana (cannabis) masih belum terselesaikan hingga sekarang. Masih banyak pihak yang melarang konsumsi marijuana, tapi ada juga yang meminta tanaman dalam filum Magnoliophyta ini dilegalkan. Sebelum Anda memutuskan ingin memihak yang mana, ada baiknya Anda perhatikan dampak perbedaan konsumsi keduanya.

Dalam penelitian terbaru oleh University of Alabama di Birmingham, Amerika Serikat, ada perbedaan besar dampak konsumsi rokok dan marijuana pada paru-paru. Rokok berdampak negatif pada paru-paru, namun penggunaan marijuana yang hanya sesekali saja ternyata bisa meningkatkan laju aliran udara dan meningkatkan kapasitas paru-paru.

Rokok juga bisa meningkatkan risiko penyakit dan kanker paru-paru, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi. Di lain pihak, marijuana bisa melambungkan risiko serangan jantung karena meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Marijuana juga mengandung 50-70 persen lebih banyak zat carcinogens dibanding rokok biasa. Zat inilah yang menyebabkan terjadinya kanker.

Selain efek kesehatan, terdapat pula dampak psikologis dari rokok dan marijuana. Marijuana membuat konsumennya merasakan euforia selama tiga jam, menyebabkan paranoia, panik, dan cemas. Sedangkan rokok 'hanya' menjadi pelepas stres semata. Kesamaan dampak psikologis di antara keduanya hanyalah bisa menyebabkan ketergantungan atau bahkan ketagihan.

Jika dipaparkan secara basis per batang, marijuana lebih membahayakan karena punya dampak psikologis yang lebih hebat. Tapi jika dirangkum dalam konteks kesehatan, keduanya sama sekali tidak baik untuk tubuh manusia yang memang tidak dirancang untuk menghisap asap. (Health Line, International Business Times/Zika Zakiya)

http://health.kompas.com/read/2012/01/16/14172861/Beda.Efek.Menghisap.Marijuana.dan.Rokok

Mulai 1 Maret, Dilarang Merokok di Kereta Api

JAKARTA, KOMPAS.com - Entah ini kabar baik atau buruk bagi pengguna jasa kereta api antarkota. Mulai 1 Maret 2012 mendatang, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) akan memberlakukan larangan merokok di dalam kereta antarkota, baik kelas eksekutif, bisnis, maupun ekonomi.

"Kebijakan ini akan diterapkan mulai 1 Februari 2012 dan sebulan ini sampai 29 Februari 2012 akan diberlakukan sosialisasinya," demikian disampaikan Kepala Penertiban PT KAI DAOPS 1, Akhmad Sujadi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (1/2/2012).

Ia menambahkan, jika ada penumpang yang kedapatan tengah merokok dalam kereta, akan diturunkan di stasiun terdekat. "Setelah tanggal 29 Februari, pokoknya yang merokok di dalam kereta dikenai sanksi diturunkan dari kereta," tegasnya.

Larangan tersebut diterapkan karena pihaknya banyak mendapat laporan tentang perilaku tidak tertib para perokok di dalam gerbong kereta oleh penumpang. Selain itu banyak fasilitas di dalam kereta rusak akibat banyak penumpang yang membuang puntung rokok sembarangan.

"Umumnya perokok tidak tertib membuang puntung, sehingga karpet/boredes kereta banyak bercak-bercak hitam kaya kebakar. Cat kereta juga cepat pudar karena asap rokok," ujar Sujadi.

Pro dan kontra
Sementara, dikalangan pengguna kereta api antar kota sendiri, rencana larangan tersebut masih menimbulkan pro dan kontra. Seperti yang diungkapkan Dinda (24) yang tiap tahun menggunakan jasa angkutan kereta api Argho Anggrek ke kampungnya di Sidoarjo, Jawa Timur.

"Ya kalau saya yang enggak ngerokok sih setuju saja, cuma yang ngerokok gimana? Kesian juga sama yang punya penyakit asma, bisa bengek di dalam," ujarnya.

Sementara Saphira (21) yang juga hampir tiap bulan menggunakan kereta api jurusan Jakarta Semarang mengaku keberatan terhadap larangan tersebut. "Ya karena saya merokok ya mas, jadi kurang setuju aja. Soalnya kan ngerokok-nya enggak di tempat penumpang, tapi di sambungan yang ada toiletnya jadi penumpang nggak keganggu amat," ujarnya.


http://health.kompas.com/read/2012/02/01/1932026/Mulai.1.Maret.Dilarang.Merokok.di.Kereta.Api

Monday, February 13, 2012

Mengapa Rokok Bisa Picu Kanker Payudara

KOMPAS.com - Hampir semua orang tahu merokok mempunyai dampak buruk bagi kesehatan, dan merupakan salah satu faktor pencetus timbulnya penyakit. Studi terbaru bahkan menunjukkan, merokok dapat meningkatkan kadar hormon seks pada wanita pasca mengalami menopause.

Seperti diketahui, tingginya tingkat hormon estrogen dan androgen sangat berpengaruh terhadap risiko munculnya kanker payudara dan endometrium, serta diabetes tipe 2.

Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan sampel darah dari 2.030 wanita menopause berusia 55-81 tahun. Peneliti menemukan bahwa wanita perokok cenderung memiliki tingkat sirkulasi hormon androgen dan estrogen yang lebih tinggi dibandingkan mantan perokok dan mereka yang tidak pernah merokok.

Temuan ini menurut peneliti rencananya akan diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism pada bulan Oktober tahun ini.

"Peningkatan kadar hormon seks pada mereka yang merokok menunjukkan bahwa, asap rokok selain mempunyai efek langsung beracun dan karsinogenik, juga dapat mempengaruhi risiko penyakit kronis melalui mekanisme hormonal," kata Judith Brand, dari University Medical Center Utrecht di Belanda.

"Kabar baiknya adalah  efek dari merokok tampaknya reversibel. Kadar hormon seks pada wanita akan segera menurun jika mereka berhenti merokok," tambahnya.

Brand menuturkan, dengan segera berhenti merokok maka kita akan memperoleh sejumlah manfaat kesehatan seperti misalnya, mengurangi risiko kanker, gangguan pernafasan dan penyakit jantung.


http://health.kompas.com/read/2011/09/02/10012828/Mengapa.Rokok.Bisa.Picu.Kanker.Payudara

Kecanduan Rokok Mentol Lebih Sulit Dihentikan

KOMPAS.com — Mengisap rokok mentol mungkin memberikan sensasi tersendiri bagi para pencandunya. Namun, di balik sensasi itu, efek mentol ternyata berpotensi lebih membahayakan. Pasalnya, menurut studi yang diterbitkan dalam American Journal of Preventive Medicine, kecanduan rokok mentol lebih sulit dihentikan dibandingkan dengan rokok biasa.

Riset yang dilakukan Cancer Institute of New Jersey dan UMDNJ-School of Public Health ini melihat laju penghentian oleh perokok mentol dan nonmentol. Laju penghentian tersebut kemudian dipecah kembali berdasarkan ras.

Hasilnya, 43 persen ras Hispanik pengisap rokok mentol cenderung tidak berhenti dibandingkan dengan pengisap rokok biasa. Sementara itu, 19 persen warga Amerika keturunan Afrika yang mengisap rokok mentol gagal berhenti merokok. Padahal, 71 persen dari etnik tersebut memilih rokok mentol.

"Bukti ini mendukung bahwa adanya mentol memengaruhi usaha stop merokok. Rencana pelarangan oleh FDA (Badan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat) masuk akal," ujar peneliti yang melakukan studi. Saat ini, FDA sedang mempelajari berbagai studi yang berkaitan dengan rokok mentol dan akan mengeluarkan proposal beberapa bulan lagi.

Rokok mentol membuat efek sejuk di mulut dan tenggorokan ketika asap diisap. Rokok ini juga menghalangi metabolisme nikotin sehingga senyawa tersebut menetap di darah lebih lama daripada rokok biasa. (Consumer Affairs, ThirdAge, MNN/Alex Pangestu)


http://health.kompas.com/read/2011/08/20/10085491/Kecanduan.Rokok.Mentol.Lebih.Sulit.Dihentikan

Rokok Masih Jadi Penyebab Utama PTM

JAKARTA, KOMPAS.com — Penyakit tidak menular (PTM) atau disebut juga noncommunicable disease (NCD) merupakan salah satu tantangan utama dunia kesehatan, khususnya di negara-negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia.

Dengan pemerintah yang sekarang, saya pesimistis karena sudah bau asap rokok semua.
-- dr Kartono Muhammad

Di Indonesia, proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular  meningkat dari 41,7 persen pada 1995 menjadi 59,5 persen pada 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, seperti hipertensi (31,7 persen), jantung (7,2 persen), stroke (0,83 persen), dan diabetes melitus (1,1 persen).

Selain karena perubahan pola hidup masyarakat yang meliputi pola makan tak sehat, rendah serat, tinggi lemak, garam, serta gula berlebih, kebiasaan merokok menjadi penyumbang terbesar penyebab utama terjadinya penyakit tidak menular di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan pengamat masalah kesehatan yang juga mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia dr Kartono Muhammad di sela-sela acara diskusi "Tingginya Angka Kematian akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia", Senin (15/8/2011), di Jakarta.

Seperti diketahui, epidemik penyakit tidak menular sudah menjadi fokus perhatian dunia. Di tingkat global, pada 19-20 September mendatang akan dilaksanakan NCD Summit di New York, di mana setiap negara menyampaikan status terkini tentang kasus penyakit tidak menular di negara masing-masing.

"Rencananya pertemuan tersebut akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dan, saya pikir SBY tidak akan berani datang karena kalau dipertanyakan usaha yang telah dilakukan selama ini dalam mengendalikan rokok, tidak ada sama sekali," ucapnya.

Kartono mengatakan, lambannya pengesahan rancangan peraturan pemerintah mengenai tembakau, hal itu tidak terlepas dari terlalu kuatnya intervensi industri rokok serta ketidakpedulian pemerintah terhadap kesehatan masyarakat.

"Bentuk intervensinya berupa duit, ke individu-individu. Para birokrat dan anggota parlemen tidak pernah memikirkan rakyat. Mikirnya hanya duit untuk dirinya sendiri. Dengan pemerintah yang sekarang, saya pesimistis karena sudah bau asap rokok semua. Kemungkinan susah sekali diimplementasikan. Akan banyak hamabatan," tuturnya.

Menurut dia, salah satu upaya yang saat ini dapat dilakukan pemerintah untuk menekan rokok adalah menaikan harga cukai yang substantif dan melarang penjualan rokok secara ketengan (batangan).
"Kalau cukainya tinggi, jadi orang miskin sama anak kalau mau beli rokok mikir. Kalau beli ketengan, besar pengaruhnya, terutama dalam mencegah anak-anak,” ujarnya.

http://health.kompas.com/read/2011/08/16/09372018/Rokok.Masih.Jadi.Penyebab.Utama.PTM

Sunday, February 12, 2012

Inilah Reaksi Tubuh Saat Mengisap Rokok

KOMPAS.com Sebatang rokok yang diisap seseorang akan habis dalam 10 embusan dan dalam waktu lima menit. Akan tetapi, dalam tempo sesingkat itu ada 4.000 jenis zat kimia yang merasuki organ-organ tubuh. Lihat reaksi apa yang terjadi ketika kita merokok.

0-10 detik pertama
Pada isapan pertama, asap rokok akan masuk ke mulut dan meninggalkan lapisan cokelat tipis di gigi. Gas bersifat toksik seperti formalin dan amonia yang terhirup akan membuat sistem imun menjadi waspada sehingga terjadi inflamasi.

Begitu memasuki tenggorokan, asap rokok akan melambatkan cilia, alat penyapu kecil yang bertugas untuk membersihkan sistem pernapasan dari partikel berbahaya. Sementara itu, nikotin yang naik ke udara langsung masuk ke pembuluh darah melalui jutaan kapiler di dalam paru-paru.

Ketika nikotin memasuki kelenjar adrenal, tubuh akan merasakan sentakan energi yang memicu pengeluaran adrenalin sehingga tekanan darah dan detak jantung meningkat. Akibatnya, jantung kesulitan untuk mengendur di antara detak jantung sehingga risiko untuk terkena stroke pun meningkat.

Pada saat yang sama, karbon monoksida dari asap rokok akan mulai menumpuk di dalam darah sehingga kemampuan tubuh untuk mengirimkan oksigen ke organ vital berkurang.

Melalui peredaran darah, nikotin memasuki otak dan direspons sel saraf tertentu dengan cara pelepasan secara deras neurotransmiter dopamin yang memberikan perasaan enak. Ini sebabnya merokok menimbulkan rasa ketagihan.


Setelah 5 menit
Setelah level dopamin kembali normal, tubuh menginginkan perasaan high lagi meski kita tidak menyadarinya. Bila kita sering memuaskan keinginan tersebut, otak akan terbiasa dan mulai muncul rasa ketagihan. Akibatnya, akan sulit bagi Anda untuk berhenti merokok.

Meski rokok Anda sudah dimatikan, di dalam tubuh masih menumpuk kandungan beracun untuk 6-8 jam ke depan.


http://health.kompas.com/read/2011/11/10/13173094/Inilah.Reaksi.Tubuh.Saat.Mengisap.Rokok.